Nilai-nilai kearifan lokal Kudus tak habis-habisnya di Kupas. Tradisi, budaya, arsitektur, selalu memiliki cerita dan pesan kearifannya tersendiri. Tak terkecuali air. Melalui buku Kosmologi Banyu Panguripan, nilai-nilai kearifan lokal leluhur mengalir hingga anak cucu saat ini.
Dari sekian bangunan bersejarah di Bumi Nusantara, Menara Kudus memiliki ke-khas-an tersendiri. Situs sebesar Borobudur, Prambanan, dan Kuil Sam Poo Kong dibangun atas dasar satu agama.
Sementara itu, Menara Kudus mencerminkan semangat multi etnis multi religi. Bangunan Menara Masjid al-Aqsha bentuknya menyerupai bangunan candi, atapnya bergaya arsitektur Islam, dan lubang pancuran tempat wudlunya ber-ornament kepala arca ala Budha.
Untuk mempertegas semangat multi etnis multi religi, Kangjeng Sunan Kudus melangkah ke arah kohesi sosial. Sebagai ketua asosiasi dagang Kerajaan Demak, Sunan Kudus memahami benar bahwa ketergantungan masyarakat terhadap air sebagai sumber penguripan.
Masyarakat di samping membutuhkan air untuk kebutuhan sehari-hari, juga membutuhkan tirtha untuk instrumen persembahyangan. Oleh karena itu dibuatlah “Banyu Penguripan” di Menara dengan fungsi yang relatif sama dengan keyakinan masyarakat.
BACA JUGA : Yang Asing di Kampung Sendiri
Perkembangan selanjutnya, di setiap wilayah muncul tokoh dari pengikut Sunan Kudus dengan kekuatan simpulnya sendiri, membangun daerah dengan kekhasan masing-masing, namun tetap nyambung dengan sel utamanya di Menara.Jika di Menara Kudus memiliki air suci yang disebut “Banyu Penguripan”, maka di berbagai wilayah ditemukan Belik dan Sendang yang juga memiliki “air suci” yang difungsikan untuk fungsi ibadah dan fungsi sosial lainnya.
Di samping air, masyarakat Hindu saat itu sangat mengistimewakan sapi karena menjadi kendaraan Dewa Krisna. Begitu terhormatnya sapi, sampai disejajarkan dengan tujuh ibu yang wajib dihormati, yakni ibu kandung, ibu pertiwi, istri guru, istri brahmana (varna-brahmana), istri raja, dan perawat.
Melihat begitu istimewanya sapi, maka Sunan Kudus melarang menyembelih sapi, walaupun dalam Islam halal. Demikian pula sebaliknya, arak (minuman keras) juga dilarang untuk dikonsumsi seluruh masyarakat karena haram menurut Islam, walaupun “halal” menurut adat Hindu.
kalo mau Beli buku ini dimana ya mas?
BalasHapuslangsung ke kantor Yayasan Menara Kudus om. semoga masih tersedia. Limited editin soalnya.
Hapus