Siap-siap turuni jeram |
SUKA dengan rekreasi yang menguras adrenalin? Cobalah ketegangan tubing menyusuri sungai di Desa Jurang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Wahana wisata alam nan ekstrem ini baru dibuka setahun lalu. Untuk menikmatinya pun harus menunggu musim hujan tiba.
Memasuki puncak musim hujan Januari ini adalah waktu yang tepat untuk mencicipi tubing di Desa Jurang. Bagi yang masih awam dengan tubing, simak penjelasan berikut ini : Tubing yakni menjelajah sungai dengan menaiki ban karet bagian dalam roda truk yang diisi angin.
Arus deras dan jeram akan membawa pengunjung menyusuri jalur di sepanjang sungai yang telah ditentukan. Uniknya tubing di Desa Jurang adalah, setiap pengunjung bisa menikmati sensasi membelah bukit dengan suguhan tebing tinggi di kanan dan kiri sungai.
Lebar sungai di sejumlah titik hanya sekitar satu meter membuat kami tergoda untuk memegang dinding tebing di kedua sisi. Dipimpin guide lokal, setiap pengunjung dibagi dalam kelompok maksimal sebanyak lima orang.
Lima ban diikat satu sama lain. Guide berada di depan, empat pengunjung duduk di ban di belakangnya. Ketika satu kelompok mulai menyusuri sungai, kelompok lain baru akan meluncur sekitar lima menit kemudian.
Batu-batuan besar, kelok dan jeram di sepanjang rute menjadi tantangan tersendiri. Di sejumlah titik, palung sungai cukup dalam.
Tapi jangan khawatir, pengelola wisata ini sudah menyiapkan seperangkat alat keamanan seperti jaket pelampung, helm, dan guide yang berpengalaman dan sigap ketika ada pengunjung yang terlempar dari ban-nya.
Pernah saat saya menjajal tubing di Desa Jurang, pengunjung yang duduk di ban belakang saya terlempar ketika tengah menuruni jeram. Guide yang berada paling depan spontan terjun ke sungai. Kami berpegangan di tebing kanan dan kiri agar ban berhenti melaju.
Beberapa detik kemudian, keduanya kembali muncul ke permukaan.
“Gilaaak. Sungainya dalam banget,” teriak pengunjung nahas itu sembari sekuat tenaga berusaha naik ke ban miliknya.
Melihat reaksi si mas yang raut mukanya masih tegang sembari meludah mengeluarkan air di mulutnya, kami yang sedari tadi berusaha menahan laju ban dengan berpegangan di batu tebing pun spontan tertawa lepas.
Menyerah? Tentu tidaaaak...! Setelah semua sudah di posisi amannya kembali. Kami pun bersiap meluncur kembali.
Wuuussssss...... Kami pun basah-basahan lagi.
Tapi jangan khawatir, pengelola wisata ini sudah menyiapkan seperangkat alat keamanan seperti jaket pelampung, helm, dan guide yang berpengalaman dan sigap ketika ada pengunjung yang terlempar dari ban-nya.
Rute tubing membelah dua tebing sungai |
Beberapa detik kemudian, keduanya kembali muncul ke permukaan.
“Gilaaak. Sungainya dalam banget,” teriak pengunjung nahas itu sembari sekuat tenaga berusaha naik ke ban miliknya.
Melihat reaksi si mas yang raut mukanya masih tegang sembari meludah mengeluarkan air di mulutnya, kami yang sedari tadi berusaha menahan laju ban dengan berpegangan di batu tebing pun spontan tertawa lepas.
Menyerah? Tentu tidaaaak...! Setelah semua sudah di posisi amannya kembali. Kami pun bersiap meluncur kembali.
Wuuussssss...... Kami pun basah-basahan lagi.
Teriakan histeris ditingkahi mimik wajah tegang dan lucu peserta tubing yang sekuat tenaga berpegangan di ban saat menggagahi jeram sungai, justru membuat kami semakin ketagihan. Jalur tubing sepanjang sekitar empat kilometer kami lahap dalam satu jam.
Di sepanjang rute, panitia menyediakan satu titik peristirahatan. Tempatnya sungguh memanjakan mata. Diapit dua tebing tinggi dengan rerimbunan semak dan pohon, kami pun tak ingin berlama-lama menarik ponsel atau kamera untuk membuat “jejak” di media sosial.
Di tempat itu kami baru tahu jika pangelola menempatkan fotografer di tempat-tempat yang “instagramable” untuk meng-candid aksi para peserta tubing. Ketika kami melihat beberapa hasilnya di layar kamera mas fotografer itu, kami pun tertawa cekikikan melihat mimik wajah setiap peserta tubing.
Sekitar setengah jam ber-selfie ria, kami kembali turun ke sungai. Ketegangan berakhir di Bendung Karanggayam yang menjadi titik akhir perjalanan tubing di Desa Jurang.
Setelah karang taruna terbentuk, Wahyul pun memimpin rapat pemuda. Setelah menginventarisasi potensi desa, pilihan mengembangkkan wisata pun jatuh di sungai desa. Namun, kondisinya saat itu masih jauh dari ideal.
Selain semak dan pohon ambruk yang melintang di sungai, di sepanjang jalur juga masih banyak dijumpai ular dan serangga lainnya. Selama sebulan, mereka bergotong-royong membersihkan rute.
Mereka pun berkali-kali menjajal langsung tubing di Sungai Jurang. Wahyul mengisahkan, sejumlah anggotanya tak jarang mengalami luka lecet saat trial tubing menyusuri sungai. Maklum, perlengkapan saat itu masih seadanya.
Tak patah arang, mereka pun patungan membeli helm, jaket pelampung, ban, dan tali. Dari semula hanya mampu membawa satu kelompok, kini mereka bisa membawa hingga lima kelompok sekali turun ke sungai.
Jadwal tubing hanya dibuka setiap akhir pekan. Maklum, pengelola rata-rata pemuda yang memiliki pekerjaan tetap. Akhir pekan di pilih juga karena diperkirakan banyak wisatawan yang bisa datang berkunjung.
Setiap Sabtu dibuka dua sesi yakni pukul 13.00 WIB dan 15.00 WIB. Hari Minggu lebih banyak yakni empat seksi mulai pukul 08.00 WIB, 10.00 WIB 13.00 WIB, dan 15.00 WIB.
Setiap sesi tubing membutuhkan waktu hingga dua jam. Untuk menikmatinya, setiap pengunjung harus membayar tiket sebesar Rp 50 ribu per orang.
Oia, usaha kreatif di Desa Jurang juga mulai hidup setelah dibukanya wisata tubing itu. Para pemuda dan ibu-iibu membuat kerajinan dari tali yang dianyam dari kertas menjadi kerajinan unik. Untuk menumbuhkan kreatifitas warga, mereka menggelar festival dolanan anak, akhir Agustus lalu.
Festival ini rencananya akan digelar rutin setiap tahun untuk menarik lebih banyak pengunjung. Karena masih greess, Wahyul dan rekan-rekannya pun aktif mempromosikan potensi wisata desanya di media sosial.
Cek aktivitas mereka di akun Instagramnya di sini
Tertarik? Siapkan nyali dan baju ganti jika sudah tak sabar ingin menjajal tubing di sungai Desa Jurang. Untuk menuju Desa Jurang pun cukup mudah. Ketika sudah memasuki Kota Kudus, nyalakan saja google map di android kamu.
Sudah tak sabar... Yuk dolan ke Kudus....
Di sepanjang rute, panitia menyediakan satu titik peristirahatan. Tempatnya sungguh memanjakan mata. Diapit dua tebing tinggi dengan rerimbunan semak dan pohon, kami pun tak ingin berlama-lama menarik ponsel atau kamera untuk membuat “jejak” di media sosial.
Di tempat itu kami baru tahu jika pangelola menempatkan fotografer di tempat-tempat yang “instagramable” untuk meng-candid aksi para peserta tubing. Ketika kami melihat beberapa hasilnya di layar kamera mas fotografer itu, kami pun tertawa cekikikan melihat mimik wajah setiap peserta tubing.
Sekitar setengah jam ber-selfie ria, kami kembali turun ke sungai. Ketegangan berakhir di Bendung Karanggayam yang menjadi titik akhir perjalanan tubing di Desa Jurang.
Ritual mandi di sungai sebelum mencapai titik finish |
Wisata tubing X Jurang ini dipelopori sejumlah pemuda yang tergabung di Kelompok Pemuda Karang Taruna Gelora Mahardika Desa Jurang, Maret tahun 2017 lalu. Wahyul Huda, ketua kelompok karang taruna Desa Jurang mengatakan, dibukanya wisata tubing itu diawali rasa iri rekan-rekannya melihat desa-desa lain yang telah memiliki keunggulan wisata.
Setelah karang taruna terbentuk, Wahyul pun memimpin rapat pemuda. Setelah menginventarisasi potensi desa, pilihan mengembangkkan wisata pun jatuh di sungai desa. Namun, kondisinya saat itu masih jauh dari ideal.
Selain semak dan pohon ambruk yang melintang di sungai, di sepanjang jalur juga masih banyak dijumpai ular dan serangga lainnya. Selama sebulan, mereka bergotong-royong membersihkan rute.
Mereka pun berkali-kali menjajal langsung tubing di Sungai Jurang. Wahyul mengisahkan, sejumlah anggotanya tak jarang mengalami luka lecet saat trial tubing menyusuri sungai. Maklum, perlengkapan saat itu masih seadanya.
Tak patah arang, mereka pun patungan membeli helm, jaket pelampung, ban, dan tali. Dari semula hanya mampu membawa satu kelompok, kini mereka bisa membawa hingga lima kelompok sekali turun ke sungai.
Jadwal tubing hanya dibuka setiap akhir pekan. Maklum, pengelola rata-rata pemuda yang memiliki pekerjaan tetap. Akhir pekan di pilih juga karena diperkirakan banyak wisatawan yang bisa datang berkunjung.
Setiap Sabtu dibuka dua sesi yakni pukul 13.00 WIB dan 15.00 WIB. Hari Minggu lebih banyak yakni empat seksi mulai pukul 08.00 WIB, 10.00 WIB 13.00 WIB, dan 15.00 WIB.
Setiap sesi tubing membutuhkan waktu hingga dua jam. Untuk menikmatinya, setiap pengunjung harus membayar tiket sebesar Rp 50 ribu per orang.
Oia, usaha kreatif di Desa Jurang juga mulai hidup setelah dibukanya wisata tubing itu. Para pemuda dan ibu-iibu membuat kerajinan dari tali yang dianyam dari kertas menjadi kerajinan unik. Untuk menumbuhkan kreatifitas warga, mereka menggelar festival dolanan anak, akhir Agustus lalu.
Festival ini rencananya akan digelar rutin setiap tahun untuk menarik lebih banyak pengunjung. Karena masih greess, Wahyul dan rekan-rekannya pun aktif mempromosikan potensi wisata desanya di media sosial.
Cek aktivitas mereka di akun Instagramnya di sini
Hasil candid fotografer pengelola Tubing di Desa Jurang |
Rute tercepat ke Desa Jurang via Google Map |
Hanya butuh sekitar 18 menit dari pusat Kota Kudus menuju desa yang berada di kaki Gunung Muria itu.
Sudah tak sabar... Yuk dolan ke Kudus....
Kalau terseret arus bagaimana? Aku tak sanggup melawan arus..*traveler penakut
BalasHapusHaha
HapusSeru banget nih...tapi airnya terlihat agak keruh ya...apa karena lagi musim hujan..:)
BalasHapusIya betul.krn hujan air sungai jadi kelihatan keruh. Tp ttp seger
HapusEnak banget main airnya, segerrrr....
BalasHapus