Sebelum dipamerkan, koleksi tersebut telah diteliti secara arkeologis oleh dua ahli Museum Jawa Tengah Ronggowarsito, Laela Nurhayati Dewi dan Luky Yudhia Perwira.
Dua ahli itu melakukan kajian dengan pendekatan arkeologi industri, yakni sebuah kajian dalam ilmu arkeologi yang berusaha memahami aktivitas industri di masa lampau melalui tinggalan materialnya.
Nilai penting yang melekat pada koleksi museum menjadi penghubung antara masa lampau dan masa kini yang selanjutnya dikomunikasikan secara luas kepada masyarakat sekaligus dilestarikan.
Mereka meneliti simbol-simbol hingga warna yang melekat pada setiap koleksi. Bentuk lingkaran misalnya, dianalogikan sebagai lambang dari kesempurnaan, harmoni, eksistensi yang stabil, dan keabadian.
Perusahaan Tjap Bal Tiga, milik Nitisemito, menggunakan lambang lingkaran pada logo untuk memberikan legitimasi bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan yang stabil dan abadi.
BACA JUGA : Audio Tour Guide Museum Kretek, Serasa Ditemani Pemandu Pribadi
Warna merah, biru, kuning, emas, dan hijau yang digunakan pada logo perusahaan itu memiliki arti tersendiri. Penggunaan warna merah, sebagai warna yg dianggap tuntutan dan sikap agresif. Dalam desain, sebagai aksen yang kuat dan memberikan arti warna logo tersebut menjadi terlihat berbeda.
Warna kuning berhubungan dengan intelektual, ceria, menyenangkan dan penuh energi. Sementara warna biru melambangkan tenang,profesional kepercayaan, dan trustfulness. Warna hijau pada benda-benda koleksi Nitisemito melambangkan lingkungan alam, kesuburan dan emas (gold) mempunyai arti kemakmuran, kesuksesan, prestasi dan kemewahan.
Dari kajian koleksi surat-surat Nitisemito, hasil analisis ekstrensik diketahui bahwa surat tidak hanya berfungsi sebagai pernyataan kepemilikan suatu perusahaan, akan tetapi surat juga berfungsi sebagai alat komunikasi perusahaan untuk memperkenalkan identitas, harapan, dan legitimasi perusahaan tersebut.
Surat itu juga menjadi salah satu bentuk pencitraan identitas perusahaan yang digambarkan dalam bentuk elemen visual yang berbentuk logo, motif hias, dan elemen visual lain yang menjadi media komunikasi perusahaan.
Identitas perusahaan biasanya terdiri atas sejarah, kepercayaan, filosofi, teknologi, dan nilai-nilai lain yang sudah membudaya di perusahaan dan tersimbolisasi dalam bentuk visual. Hadirnya kamera yang bisa merekam momen yang terjadi pada masa lampau, bisa dijadikan kepingan sejarah untuk masa ini dan masa yang akan datang.
Makna dalam sebuah foto mengingatkan kita betapa mengesankanya masa lalu yang tak akan pernah terulang lagi.
Sejarah mencatat, Nitisemito lahir di Kudus tahun 1863 dan meninggal tahun 1953. Ayahnya adalah Haji Sulaiman, seorang lurah di Desa Janggalan, Kudus. Sementara ibunya bernama Markanah.
Nitisemito memiliki nama kecil Rusdi. Namun, ia lebih memilih menyandang nama Nitisemito dan menjadi seorang pengusaha. Ketika muda, Nitisemito banyak merintis bisnis. Sayangnya, bisnisnya banyak mengalami kebangkutran. Kemudian ia mencoba menjadi kusir dokar sambil berjualan tembakau.
Berawal dari situ, Nitisemito bertemu dengan Mbok Nasilah, pemilik warung tembakau yang sering dijadikan tempat singgah, dan menikahinya. Kretek racikan Nasilah yang dijual di warungnya ternyata disukai oleh para pelanggannya.
Hasilnya, usaha warung mereka berkembang sangat pesat. Dari keberhasilan inilah, Nitisemito mulai memberi nama produknya Kodok Nguntal Ulo. Namun, karena nama itu dinilai tidak membawa keberentungan, Nitisemito menggantinya dengan nama Tjap Bal Tiga.
Nitisemito merupakan seseorang yang pandai dalam hal berdagang. Salah satu kesuksesannya pada saat merintis Industri Kretek atau Rokok (Tjap Bal Tiga) yang didirikan pada tahun 1910 yang awalnya secara kecil kecilan. Kejayaan Nitisemitro diantara 1922 sampai 1940.
Nitisemito menjalankan perusahaannya secara modern. Salah satu indikasinya dilihat dari bagaimana ia membuat sistem pembukuan dan administrasi perusahaan, layaknya perusahaan-perusahaan bangsa Eropa.
Pada masa jayanya, produksi pabrik kretek Nitisemito mencapai 8 juta batang per hari.
Setelah 10 tahun beroperasi, Nitisemito kemudian membuat hak paten atas nama produknya pada tahun 1914. Ia kemudian membuat sebuah pabrik rokok seluas 6 hektare pada tahun 1918. Usaha yang semakin besar membuat Nitisemito mempekerjakan tenaga asal Belanda yang sanggup mengontrol keuangan pabrik dengan baik.
Dalam hal pemasaran, Nitisemito adalah pengusaha pertama yang melakukan promosi dengan menyewa pesawat Fokker dan menyebarkan pamflet kretek dagangannya.
Di tahun 1938, pabriknya sanggup mempekerjakan buruh sebanyak 10 ribu orang karyawan, sehingga dijuluki sebagai Raja Kretek (De Kretek Konning) oleh Ratu Belanda Wilhemina. Sayangnya, usaha yang dirintis mengalami masa surut pada akhir 1930an.
Masuknya Jepang dan Perang Dunia II semakin memperburuk keuangan perusahaan. Selain itu, Nitisemito tidak mempunyai generasi penerus usahanya. Setelah ia meninggal pada tahun 1953, tidak ada lagi yang mengurus usahanya. Pabriknya pun dinyatakan pailit di awal tahun 1950-an.
Meski sudah pailit, Nitisemito meninggalkan benda-benda koleksi pribadi yang kini memiliki nilai sejarah. Sebagian berada di museum. Termasuk sebanyak 15 koleksi museum Kretek yang diserahkan oleh keluarga Nitisemito.
Warna merah, biru, kuning, emas, dan hijau yang digunakan pada logo perusahaan itu memiliki arti tersendiri. Penggunaan warna merah, sebagai warna yg dianggap tuntutan dan sikap agresif. Dalam desain, sebagai aksen yang kuat dan memberikan arti warna logo tersebut menjadi terlihat berbeda.
Warna kuning berhubungan dengan intelektual, ceria, menyenangkan dan penuh energi. Sementara warna biru melambangkan tenang,profesional kepercayaan, dan trustfulness. Warna hijau pada benda-benda koleksi Nitisemito melambangkan lingkungan alam, kesuburan dan emas (gold) mempunyai arti kemakmuran, kesuksesan, prestasi dan kemewahan.
Dari kajian koleksi surat-surat Nitisemito, hasil analisis ekstrensik diketahui bahwa surat tidak hanya berfungsi sebagai pernyataan kepemilikan suatu perusahaan, akan tetapi surat juga berfungsi sebagai alat komunikasi perusahaan untuk memperkenalkan identitas, harapan, dan legitimasi perusahaan tersebut.
Surat itu juga menjadi salah satu bentuk pencitraan identitas perusahaan yang digambarkan dalam bentuk elemen visual yang berbentuk logo, motif hias, dan elemen visual lain yang menjadi media komunikasi perusahaan.
Identitas perusahaan biasanya terdiri atas sejarah, kepercayaan, filosofi, teknologi, dan nilai-nilai lain yang sudah membudaya di perusahaan dan tersimbolisasi dalam bentuk visual. Hadirnya kamera yang bisa merekam momen yang terjadi pada masa lampau, bisa dijadikan kepingan sejarah untuk masa ini dan masa yang akan datang.
Makna dalam sebuah foto mengingatkan kita betapa mengesankanya masa lalu yang tak akan pernah terulang lagi.
Sejarah mencatat, Nitisemito lahir di Kudus tahun 1863 dan meninggal tahun 1953. Ayahnya adalah Haji Sulaiman, seorang lurah di Desa Janggalan, Kudus. Sementara ibunya bernama Markanah.
Nitisemito memiliki nama kecil Rusdi. Namun, ia lebih memilih menyandang nama Nitisemito dan menjadi seorang pengusaha. Ketika muda, Nitisemito banyak merintis bisnis. Sayangnya, bisnisnya banyak mengalami kebangkutran. Kemudian ia mencoba menjadi kusir dokar sambil berjualan tembakau.
Berawal dari situ, Nitisemito bertemu dengan Mbok Nasilah, pemilik warung tembakau yang sering dijadikan tempat singgah, dan menikahinya. Kretek racikan Nasilah yang dijual di warungnya ternyata disukai oleh para pelanggannya.
Hasilnya, usaha warung mereka berkembang sangat pesat. Dari keberhasilan inilah, Nitisemito mulai memberi nama produknya Kodok Nguntal Ulo. Namun, karena nama itu dinilai tidak membawa keberentungan, Nitisemito menggantinya dengan nama Tjap Bal Tiga.
Nitisemito merupakan seseorang yang pandai dalam hal berdagang. Salah satu kesuksesannya pada saat merintis Industri Kretek atau Rokok (Tjap Bal Tiga) yang didirikan pada tahun 1910 yang awalnya secara kecil kecilan. Kejayaan Nitisemitro diantara 1922 sampai 1940.
Nitisemito menjalankan perusahaannya secara modern. Salah satu indikasinya dilihat dari bagaimana ia membuat sistem pembukuan dan administrasi perusahaan, layaknya perusahaan-perusahaan bangsa Eropa.
Pada masa jayanya, produksi pabrik kretek Nitisemito mencapai 8 juta batang per hari.
Setelah 10 tahun beroperasi, Nitisemito kemudian membuat hak paten atas nama produknya pada tahun 1914. Ia kemudian membuat sebuah pabrik rokok seluas 6 hektare pada tahun 1918. Usaha yang semakin besar membuat Nitisemito mempekerjakan tenaga asal Belanda yang sanggup mengontrol keuangan pabrik dengan baik.
Dalam hal pemasaran, Nitisemito adalah pengusaha pertama yang melakukan promosi dengan menyewa pesawat Fokker dan menyebarkan pamflet kretek dagangannya.
Di tahun 1938, pabriknya sanggup mempekerjakan buruh sebanyak 10 ribu orang karyawan, sehingga dijuluki sebagai Raja Kretek (De Kretek Konning) oleh Ratu Belanda Wilhemina. Sayangnya, usaha yang dirintis mengalami masa surut pada akhir 1930an.
Masuknya Jepang dan Perang Dunia II semakin memperburuk keuangan perusahaan. Selain itu, Nitisemito tidak mempunyai generasi penerus usahanya. Setelah ia meninggal pada tahun 1953, tidak ada lagi yang mengurus usahanya. Pabriknya pun dinyatakan pailit di awal tahun 1950-an.
Meski sudah pailit, Nitisemito meninggalkan benda-benda koleksi pribadi yang kini memiliki nilai sejarah. Sebagian berada di museum. Termasuk sebanyak 15 koleksi museum Kretek yang diserahkan oleh keluarga Nitisemito.
Lantas, seperti apa 15 koleksi peninggalan Raja Kretek Nitisemito yang diserahkan keluarganya kepada Museum Kretek Kudus. Berikut daftarnya :
Cover bungkus menampilkan logo Bal Tiga dan identitas perusahaan. Untuk mengatasi terjadinya pemalsuan produk, perusahaan Bal Tiga memberikan kode pada bungkus rokok yang diproduksi. kode ini juga berfungsi untuk memberi tahu perusahaan sudah berapa lama produk tersebut berada di pasaran. Kondisi koleksi ini terpelihara dengan baik.
Perusahaan rokok Tjap Bal Tiga juga memproduksi korek api kayu. Bungkus dari korek api kayu Nitisemito ini di bagian cover terdapat identitas perusahaan, seperti logo Bal Tiga dan nama Nitisemito. Kondisi koleksi ini terpelihara baik.
Salah satu souvenir berupa gantungan kunci yang digunakan untuk media promosi rokok M. Nitisemito. Gantungan kunci dengan nomor daftar 4642 ini didominasi warna biru bergambar kepala harimau/macan dan tertulis “M. NITISEMITO”. Kondisi koleksi ini terpelihara dengan baik.
Gambar Harimau pada koleksi ini melukiskan keberanian, kepercayaan diri dan sikap yang setia kuat untuk menghadapi resiko dan tantangan hidup dalam menyongsong hari depan. Makna yang umum adalah sebuah kekuatan dan kuasa.
Sepeda merupakan salah satu hadiah yang disediakan oleh perusahaan Bal Tiga. Pemberian hadiah ini sebagai cara promosi perusahaan Bal Tiga. Semua hadiah bertuliskan merk perusahaan Bal Tiga. Kondisi koleksi ini terpelihara baik.
Psikologi warna dalam koleksi ini: merah, sebagai warna yg dianggap tuntutan dan sikap agresif. Dalam desain,sebagai aksen yang kuat dan memberikan arti warna logo tersebut menjadi terlihat berbeda.
Warna kuning berhubungan dengan intelektual, ceria,menyenangkan dan penuh energi, biru: melambangkan tenang,profesional kepercayaan, dan trustfulness, sementara hijau melambangkan lingkungan alam, kesuburan.
Pin yang berwarna emas mempunyai arti kemakmuran, kesuksesan, prestasi dan kemewahan. Lingkaran merupakan lambang dari kesempurnaan, harmoni, eksistensi yang stabil, dan keabadian.
Perusahaan ini menggunakan lambang lingkaran pada logo untuk memberikan legitimasi bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan yang stabil dan abadi.
Surat berisi informasi mengenai rokok yang dikeluarkan oleh perusahaan, yaitu 8 batang per satu bungkus. Harga yang dibanderol dari perusahaan juga disertakan agar agen dapat memasang harga baru dari harga awal. Kondisi koleksi ini sudah terkikis atau aus di beberapa sisi.
Surat ini menerangkan pembelian tembakau sebanyak delapan ton. Kondisi koleksi surat ini sudah hampir rusak di seluruh pinggiran.
Kondisi surat ini sudah berlubang karena dimakan serangga di beberapa bagian.
Nota atau struk tersebut bukti transaksi perdagangan yang dilakukan antara penjual dan pembeli. Biasanya, nota penjualan terdiri dari dua rangkap. Rangkap pertama diberikan kepada pembeli sedangkan satunya disimpan oleh penjual sebagai dokumen untuk keperluan pembukuan. Kondisi koleksi ini masih terpelihara baik.
Di bagian kiri atas terdapat ilustrasi seseorang yang sedang duduk di hadapan meja sembari merokok.
Cucu Nitisemito, Yudhi Ernawan, menyampaikan bahwa rumah ini dibangun pada 1926. Omah Kembar bergaya arsitektur Eropa. Kini, rumah tersebut direncanakan menjadi Cagar Budaya oleh Pemerintah Kabupaten Kudus. Kondisi foto ini masih terpelihara baik.
Terlihat pada foto itu Nitisemito menjual produknya melalui kampanye iklan yang besar. Nitisemito melibatkan penjual es krim. pada gambar ini, pasukan kecil penjual es krim semuanya dicap dengan logo terkenalnya, Niti Semito Bal Tiga. Kondisi koleksi ini masih terpelihara baik.
Seperti tulisan spanduk di atas yang menyatakan bahwa "siapa pun yang memberikan informasi tentang kemasan palsu merek kami berhak atas hadiah dua ratus persen.”
Diketahui bahwa bungkus rokok Tiga Bal dicetak Nitisemito di Jepang dengan huruf dan logo timbul di kertas untuk mencegah pemalsuan. Kondisi ini masih terpelihara dengan baik.
Koleksi Nomor 05.0001, Pena Nitisemito
Pena milik Nitisemito terdapat tulisan “M. Nitisemito” ini juga digunakan sebagai souvenir bagi tamu khusus. Pena ini masih dalam kondisi terpelihara dengan baik.
Koleksi Nomor 05.0002, Tempat Rokok Nitisemito
Koleksi nomor 05.0003, Cover Tempat Korek Api Kayu Nitisemito
Perusahaan rokok Tjap Bal Tiga juga memproduksi korek api kayu. Bungkus dari korek api kayu Nitisemito ini di bagian cover terdapat identitas perusahaan, seperti logo Bal Tiga dan nama Nitisemito. Kondisi koleksi ini terpelihara baik.
Koleksi nomor 05.0004, Gantungan Kunci
Gambar Harimau pada koleksi ini melukiskan keberanian, kepercayaan diri dan sikap yang setia kuat untuk menghadapi resiko dan tantangan hidup dalam menyongsong hari depan. Makna yang umum adalah sebuah kekuatan dan kuasa.
Koleksi nomor 05.0005, Logo Bal Tiga Yang Tertera di Bagian Depan Sepeda
Perusahaan Bal Tiga Nitisemito memiliki cara promosi yang kreatif. Salah satunya adalah dengan mengadakan pembagian hadiah kepada masyarakat dengan sistem doorprize.
Sepeda merupakan salah satu hadiah yang disediakan oleh perusahaan Bal Tiga. Pemberian hadiah ini sebagai cara promosi perusahaan Bal Tiga. Semua hadiah bertuliskan merk perusahaan Bal Tiga. Kondisi koleksi ini terpelihara baik.
Psikologi warna dalam koleksi ini: merah, sebagai warna yg dianggap tuntutan dan sikap agresif. Dalam desain,sebagai aksen yang kuat dan memberikan arti warna logo tersebut menjadi terlihat berbeda.
Warna kuning berhubungan dengan intelektual, ceria,menyenangkan dan penuh energi, biru: melambangkan tenang,profesional kepercayaan, dan trustfulness, sementara hijau melambangkan lingkungan alam, kesuburan.
Koleksi Nomor 05.0006, Pin berlambang Bal Tiga
Pin termasuk barang yang dijadikan sebagai hadiah atau suvenir dari sayembara perusahaan Bal Tiga yang dijadikan promosi perusahaan. Kondisi terpelihara baik.
Pin yang berwarna emas mempunyai arti kemakmuran, kesuksesan, prestasi dan kemewahan. Lingkaran merupakan lambang dari kesempurnaan, harmoni, eksistensi yang stabil, dan keabadian.
Perusahaan ini menggunakan lambang lingkaran pada logo untuk memberikan legitimasi bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan yang stabil dan abadi.
Koleksi Nomor 05.0007, Surat yang bertanggal 03 Oktober 1934 yang diajukan kepada Agen Produk Bal Tiga di Palembang
Koleksi Nomor 05.0008, Surat yang diajukan kepada Kepala Bea Cukai Kudus pada tanggal 17 September 1947.
Koleksi Nomor 05.0009, Surat yang diajukan kepada Agen Produk Bal Tiga di Palembang pada tanggal 3 Oktober 1934.
Koleksi Nomor 05.0010, Nota Jual Beli Milik Perusahaan Rokok Nitisemito
Koleksi Nomor 05.0011, Amplop Perusahaan Rokok Nitisemito
Amplop Milik Perusahaan Rokok Nitisemito Bal Tiga yang diperkirakan digunakan untuk keperluan surat-menyurat barang yang keluar masuk Perusahaan Rokok Bal Tiga. Kondisi amplop ini sudah banyak terkikis di bagian pinggiran.
Koleksi Nomor 05.0012, Fluwi
Kertas yang tertulis “M.NITISEMITO KOEDOES” dan bergambar logo tiga bola ini diperkirakan digunakan bagian administrasi Pabrik Rokok Bal Tiga untuk serapan tinta agar tinta tidak tembus ke dokumen. Kondisinya masih terpelihara baik.
Di bagian kiri atas terdapat ilustrasi seseorang yang sedang duduk di hadapan meja sembari merokok.
Koleksi Nomor 05.0013, Foto Rumah Kembar Nitisemito
Salah satu rumah dari Omah Kembar Nitisemito diperuntukkan untuk anaknya, Naffiah dan Nahari. Ini terjadi ketika anak perempuannya tersebut menikah. Letak rumah tersebut berada di pinggir Kali Getis Kudus.
Cucu Nitisemito, Yudhi Ernawan, menyampaikan bahwa rumah ini dibangun pada 1926. Omah Kembar bergaya arsitektur Eropa. Kini, rumah tersebut direncanakan menjadi Cagar Budaya oleh Pemerintah Kabupaten Kudus. Kondisi foto ini masih terpelihara baik.
Koleksi Nomor 05.0014, Foto Para Penjual Es Tung-Tung Yang Disponsori oleh Bal Tiga
Nitisemito diketahui mempromosikan Pabrik Rokok Bal Tiga miliknya dengan cara-cara modern.
Terlihat pada foto itu Nitisemito menjual produknya melalui kampanye iklan yang besar. Nitisemito melibatkan penjual es krim. pada gambar ini, pasukan kecil penjual es krim semuanya dicap dengan logo terkenalnya, Niti Semito Bal Tiga. Kondisi koleksi ini masih terpelihara baik.
Koleksi Nomor 05.0015, Foto Stan Bazar Bal Tiga
Stand Bal Tiga di salah satu pasar malam di Semarang. Ketika begitu ada masalah dengan barang tiruan, Nitisemito terpaksa mengembangkan cara-cara kreatif untuk melawan tren yang sedang berkembang.
Seperti tulisan spanduk di atas yang menyatakan bahwa "siapa pun yang memberikan informasi tentang kemasan palsu merek kami berhak atas hadiah dua ratus persen.”
Diketahui bahwa bungkus rokok Tiga Bal dicetak Nitisemito di Jepang dengan huruf dan logo timbul di kertas untuk mencegah pemalsuan. Kondisi ini masih terpelihara dengan baik.