AKTING dengan mimik wajah dan gerak tubuh. Begitu cara gampang mendefinisikan seni pantomime. Seni akting yang satu ini memang hanya mengandalkan gerak tubuh dan mimik wajah. Umumnya dalam pementasan, si pemain nyaris tak bersuara dalam berdialog.
Dialog mereka tersampaikan lewat mimik wajah dan gesture tubuh. Dengan wajah bermake-up tebal, tiga orang bercakap-cakap lewat gerak tubuh dan mimik wajah di sebuah pojok Taman Wergu Kudus, Rabu malam. Sesekali mereka menarik pengunjung taman untuk berinteraksi.
Sebagian pengunjung yang “ketiban sampur” menikmati tawaran itu, sebagian lainnya memilih kabur. Pantomim tak lain seni akting tanpa bersuara, berdialog hanya denan mimik wajah dan ekspresi tubuh. Kompak (Komunitas Pantomim Kudus) menjadi perintis dalam menyebarluaskan pantomim di Kabupaten Kudus.
Kompak terbentuk tahun 2012. Adalah David Setia Pambudi yang membidaninya. Bermula dari sering menonton video pantomim di channel berbagi video Youtube, David mulai belajar secara otodidak bagaimana para seniman pantomim menggelar pertunjukan.
Untuk mengasah kemampuan dan keberaniannya berkating dengan mimik wajah dan gestur tubuh, David kerap menggelar pertunjukan jalanan di acara car free day di Alun-alun Kota Kudus. Ia pun memberanikan pentas tunggal.
Sejumlah penonton yang menyaksikan aksinya kemudian menyatakan ketertarikannya belajar pantomim. Mereka pun sepakat membentuk Kompak. Di tahun yang sama, David ikut audisi pencairan bakat di salah satu televisi nasional. Gagal di satu stasiun televisi, David mencoba lagi di ajang serupa di televisi nasional lainnya.
Tak sekedar pentas dan ditonton jutaan pasang mata, David juga berkesempatan belajar pantomim dari salah satu maestro pantomim Indonesia Septian Dwi Cahyo. Karena kesibukan masing-masing anggotanya, Kompak pun vakum.
Tahun 2017, komunitas pantomim di Kudus lahir kembali oleh pegiat komunitas Teater Dewa Ruji Kudus, Muhammad Ulul Azmi (25). Ia menjadikanperingatan hari pantomim sedunia yang diperingati setiap 22 Maret, sebagai momentum tepat untuk kembali memopulerkan pantomim di Kudus.
Citul menghidupkan kembali Kompak melalui sarasehan dan diskusi mime (pantomim) di Taman Wergu. Pesertanya berasal dari komunitas teater SMA sederajat di Kabupaten Kudus. Setelah sarasehan dan diskusi, semua peserta langsung praktik menggelar pementasan jalanan di Taman Wergu.
Untuk mengasah kemampuan dan keberaniannya berkating dengan mimik wajah dan gestur tubuh, David kerap menggelar pertunjukan jalanan di acara car free day di Alun-alun Kota Kudus. Ia pun memberanikan pentas tunggal.
Sejumlah penonton yang menyaksikan aksinya kemudian menyatakan ketertarikannya belajar pantomim. Mereka pun sepakat membentuk Kompak. Di tahun yang sama, David ikut audisi pencairan bakat di salah satu televisi nasional. Gagal di satu stasiun televisi, David mencoba lagi di ajang serupa di televisi nasional lainnya.
Tak sekedar pentas dan ditonton jutaan pasang mata, David juga berkesempatan belajar pantomim dari salah satu maestro pantomim Indonesia Septian Dwi Cahyo. Karena kesibukan masing-masing anggotanya, Kompak pun vakum.
Tahun 2017, komunitas pantomim di Kudus lahir kembali oleh pegiat komunitas Teater Dewa Ruji Kudus, Muhammad Ulul Azmi (25). Ia menjadikanperingatan hari pantomim sedunia yang diperingati setiap 22 Maret, sebagai momentum tepat untuk kembali memopulerkan pantomim di Kudus.
Citul menghidupkan kembali Kompak melalui sarasehan dan diskusi mime (pantomim) di Taman Wergu. Pesertanya berasal dari komunitas teater SMA sederajat di Kabupaten Kudus. Setelah sarasehan dan diskusi, semua peserta langsung praktik menggelar pementasan jalanan di Taman Wergu.
Lihat hebohnya sarasehan pantomim Kompak disini
Antusias peserta maupun respons pengunjung Taman Wergu cukup bagus. Komunitas pantomim Kudus pun terus berkembang dan pentas di berbagai event di Kota Kudus, bahkan hingga luar daerah
Antusias peserta maupun respons pengunjung Taman Wergu cukup bagus. Komunitas pantomim Kudus pun terus berkembang dan pentas di berbagai event di Kota Kudus, bahkan hingga luar daerah
0 komentar:
Posting Komentar